ForSains

Suku BAJO, Evolusi SPESIASI yang GAGAL TOTAL

SPESIASI adalah proses pembentukan spesies. Dalam hal ini proses terpisahnya suku Bajo dari Homo Sapiens menjadi Manusia Ikan.

Suku Bajo telah menjadi pengembara laut selama ribuan tahun. Rumah mereka di laut, di sekitar perairan Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

Mereka sering menghabiskan 5 jam sehari di bawah air. Mereka dapat menyelam sampai kedalaman 70 m selama lebih dari 13 menit untuk berburu ikan, gurita, kerang, rumput laut, teripang dan makanan laut lainnya, meskipun tidak menggunakan peralatan selam. Padahal, rata rata manusia tidak bisa bertahan lebih lama dari 1 menit menahan napas di bawah air.

Mereka telah BEREVOLUSI. Temuan ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah Cell April 2018 dalam artikel “Physiological and Genetic Adaptations to Diving in Sea Nomads”. Melissa Llardo, seorang mahasiswa Ph.D dari Center for Geogenetics di University of Copenhagen, mengambil sampel dari suku Bajo dan suku Saluan.

Didapati bahwa :
“Ukuran rata rata LIMPA suku Bajau 50 % lebih besar daripada suku Saluan, kerabat terdekatnya yang hidup di darat.”

Ada ribuan penelitian tentang mamalia laut, yang membuktikan bahwa ukuran limpa mereka lebih besar dibandingkan ukuran limpa mamalia darat.

Suku Bajo terpisah dengan suku Saluan sejak 16.000 tahun yang lalu. Selama 16.000 tahun suku Bajo membesarkan anak anaknya di laut. Bahkan anak anak suku Bajo sudah belajar berenang sebelum bisa berjalan. Proses Evolusi adaptasi di laut telah mengembangkan limpa suku Bajo 50% lebih besar.

Limpa memiliki reservoir sel darah merah beroksigen. Ketika seseorang menyelam, limpa berkontraksi dan sel darah merah beroksigen ini dilepaskan ke aliran darah.

Di bawah air, sel darah merah ini terus mendistribusikan oksigen ke organ untuk mempertahankan fungsi dasar manusia. Limpa yang lebih besar membuat suku Bajo memiliki cadangan sel darah merah yang lebih tinggi dan dapat bertahan lebih lama di bawah air.

Fungsi Limpa sangat penting dalam penyelaman. Limpa Anjing laut juga membesar karena limpa melepaskan lebih banyak oksigen ke dalam darah saat tubuh sedang stres, atau menahan napas di bawah air.

Ukuran limpa 50 % lebih besar berdampak 10 % lebih banyak sel darah merah dalam darah.

Mutasi genetik terjadi pada gen PDE10A (berlokasi pada kromosom no.6) suku Bajo lah yang dapat meningkatkan ukuran limpa. Mutasi pada gen ini diketahui memengaruhi kadar hormon tiroid pada manusia. Studi pada tikus menunjukkan bahwa peningkatan kadar hormon tiroid terkait dengan limpa yang lebih besar.

Ditemukan juga mutasi pada gen BDKRB2 (berlokasi pada kromosom no.14) suku Bajo, yang mempengaruhi refleks menyelam manusia.

Kini cara hidup suku Bajo yang diperkirakan tinggal 1 juta populasi semakin terancam. Seiring kemajuan dunia, mereka telah menjadi suku yang tertinggal.

Praktik perburuan yang berkelanjutan itu telah digantikan oleh cara cara yang jauh lebih merusak oleh manusia moderen :
• Penangkapan ikan dengan dinamit
• Penangkapan ikan dengan Sianida.
• Dalam beberapa dekade terakhir, banyak dari suku Bajo yang terpaksa pindah ke daratan.
• Suku Bajo telah beralih dari membuat perahu dari kayu ringan (yang sekarang terancam punah) menjadi kayu yang lebih berat.
• Dengan demikian, perahu ini butuh mesin.
• Artinya suku Bajo butuh uang untuk membeli bahan bakar.
• Selain itu ada permintaan hasil laut yang tinggi di kawasan Asia, yang mengakibatkan suku Bajo mulai menggeser kebiasaan dari mencari ikan dengan penyelaman tradisional ke cara cara yang lebih praktis dalam menangkap ikan.

Hal ini menyebabkan gaya hidup berbasis penyelaman tidak lagi memungkinkan untuk dipertahankan.

Suku Bajo juga mulai melepaskan gaya hidup nomaden. Ada stigma negatif dengan nomaden. Kini suku Bajo menjadi lebih menetap di satu tempat, yang mengarah pada bantuan pemerintah.

Begitu mereka meninggalkan lautan, maka proses seleksi menuju limpa yang lebih besar lagi akan terhenti. Maka terhenti sudah proses evolusi suku Bajo menjadi MANUSIA IKAN.

Jakarta, Jumat Wage, 02.06.23

꧋ꦤꦸꦂꦱꦺꦠꦲꦂꦢꦶꦥꦸꦠꦿꦤ꧀ꦠꦺꦴ꧉
(Nurseto Ardiputranto)

Ref no.1 : Bajau
https://www-philstar-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.philstar.com/business/science-and-environment/2018/04/20/1807756/scientists-discover-secret-why-bajaus-are-stronger-divers/amp/?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16853654317517&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.philstar.com%2Fbusiness%2Fscience-and-environment%2F2018%2F04%2F20%2F1807756%2Fscientists-discover-secret-why-bajaus-are-stronger-divers

Ref no.2 :

New Study Finds Group of People Are Genetically Adapted for Life Underwater

Ref no.3 :
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0092867418303866

Ref no.4 :
https://what-when-how.com/marine-mammals/breathing-marine-mammals/

Ref no.5 :
https://www.npr.org/sections/goatsandsoda/2018/04/24/604059598/the-secret-to-deep-diving-may-lie-in-the-spleen

Nurseto Ardiputranto

7 comments

Ukuran Huruf

Komentar Terkini