ForSains

Tiga Hari Bercinta Dengan Nyi Roro Kidul

Sutowijoyo (Panembahan Senopati muda), calon raja pertama Mataram, membuat gempar Segoro Kidul (Laut Selatan). Saat putra Ki Ageng Pamanahan itu berdiri di tepi samudera, mendadak muncul :
• Angin puting beliung bercampur hujan deras.
• Badai tersebut mendatangkan suara mengerikan.
• Gelombang laut setinggi gunung bergulung gulung membuat pohon² di pantai seketika ambruk.
• Air laut menjadi panas mendidih.

Tak ayal, ikan ikan mati menggelepar. Banyak juga ikan yang meloncat ke daratan, namun tetap juga menemui ajal lantaran menghantam batu karang.

Mengapa huru hara ini terjadi ?
Itu adalah dampak dari kekuatan doa yang dipanjatkan Sutowijoyo kepada Yang Maha Kuasa. Prahara itu mengejutkan penguasa kerajaan Laut Selatan, seorang ratu cantik jelita, Nyi Roro Kidul.

“Selama hidupku, belum pernah aku menyaksikan laut seperti ini.
Kenapa ini bisa terjadi ?
Apa karena matahari jatuh ?.
Atau, apa mau kiamat ?”
kata Nyi Roro Kidul.

Bukan tanpa alasan Sutowijoyo mendatangi Laut Selatan. Kunjungannya ini atas perintah sang Paman, Ki Juru Martani. Sutowijoyo memang sedang gundah gulana. Dia tak henti berpikir kapan bisa menjadi raja yang menguasai seluruh Tanah Jawa, turun temurun hingga anak cucu.

Suatu ketika Ki Juru Martani menghampiri Sutowijoyo yang sedang tiduran di daerah Lipura (sekitar Bantul). Tiba² jatuh bintang bercahaya di dada keponakannya itu. Bintang yang sinarnya terang benderang itu lantas berucap memberitahukan bahwa Sutowijoyo akan menjadi :
raja Mataram tanpa tanding,
disegani oleh musuh dan
kaya raya.

Wangsit dari bintang itu tak urung membuat Sutowijoyo gelisah. Dalam pikirannya, sudah waktunya dia mengambil alih Kerajaan Pajang.

Kegelisahan itu ditangkap oleh Ki Juru Martani. Dia mengingatkan, ucapan bintang bercahaya itu adalah suara gaib yang belum tentu benar. Sutowijoyo pun bingung.

“Kalau menurut nasihatku, mari bersama memohon kepada Allah, segala yang sulit semoga dimudahkan. Mari berbagi tugas. Kamu pergilah ke Laut Kidul, sementara aku akan ke Gunung Merapi. Mari kita bersama sama berangkat,”
kata Juru Martani.
Sutowijoyo lantas menuju Kali Opak, terjun ke sungai berenang menghilir mengikuti aliran air.

Huru hara di Laut Selatan membangunkan Nyi Roro Kidul yang sedang beristirahat di pembaringannya, yang bertabur emas, berhias intan, berlian dan batu mulia lainnya.

Babad Tanah Jawi menggambarkan Nyi Roro Kidul menguasai seluruh makhluk halus di Jawa. Dia lalu memperlihatkan diri kepada Sutowijoyo. Mendekat, lalu bersujud di kaki Sutowijoyo dan berkata dengan hormat :

“Semoga berkenan menghilangkan sedih hati agar hilang pula Huru hara ini. Kasihanilah…, sebab laut ini saya yang jaga,”
kata Nyi Roro Kidul.

Setelah mendengar suara Nyi Roro Kidul, Sutowijoyo begitu gembira hatinya. Prahara pun berhenti. Ikan ikan yang mati hidup lagi.

Nyi Roro Kidul menyembah dengan gerakan menggoda, dan pulang kembali ke samudera. Tapi Sutowijoyo saat itu juga kasmaran. Dia pun mengikuti berjalan di atas air menuju kerajaan Nyi Roro Kidul. Sutowijoyo betul betul terkesima. Dia bahkan tak ragu untuk mengutarakan isi hatinya.

“Ni mas, saya ingin sekali melihat tempat tidurmu,”
ucapnya.

Pernyataan itu bersambut :
“Marilah tidak usah malu malu, saya selalu menunggu, Paduka empunya”,
tutur Nyi Roro Kidul.

Sutowijoyo 3 hari 3 malam tinggal di Laut Selatan. Di sana dia menghabiskan waktu untuk bermesraan dengan Nyi Roro Kidul. Di situ pula dia diberi petunjuk bagaimana bisa menjadi raja yang mampu menguasai manusia, jin dan peri.

(Disarikan dari buku BABAD TANAH JAWI : Mulai dari era Nabi Adam sampai Tahun 1647, yang ditulis sejarawan Belanda WL Olthof).

—–

Olthof menerjemahkan, mahakarya sastra Jawa berupa tembang macapat “Babad Tanah Jawi” yang mengisahkan tentang Mataram dan isinya serta silsilah raja raja Jawa.

Rujukan Babad Tanah Jawi :
• 1722
Induk Babad Tanah Jawi juga ditulis Carik Adilangu II yang hidup di masa Pakubuwono I dan Pakubuwono II.

• 1788
Induk Babad Tanah Jawi juga ditulis oleh Tumenggung Tirtowiguno atas perintah Pakubowono III.

• 1874
Ngabehi Kertapraja mengkonversi Babad Tanah Jawi dari syair mocopat ke versi prosa, yang kemudian diterbitkan oleh Johannes Jacobus Meinsma.

• 1941
W L Olthof menterjemahkan & menerbitkan “Babad Tanah Jawi”
—–
Renungan :
• Sekumpulan kejadian Sutowijoyo yang ditulis dalam Kitab Babad Tanah Jawi tersebut sangat mentakjubkan, kalau memang benar benar telah terjadi….

• Namun…, menurut sains, bisa dipandang hanya sebagai mitos belaka…
Sains tidak mengenal jin.
Sains tidak mengenal peri.
Air laut bisa mendidih itu dapet tambahan kalori (energi) dari mana..?
Bintang bisa berbicara itu sumber getar suaranya berupa apa..?
Ukuran Bintang itu jauh lebih besar dari bumi.
– Dll.

• Dugaanku, cerita cerita mitos semacam itu sengaja disosialisasikan untuk, mendapatkan legitimasimemperkuat kekuasaan Sutowijoyo. Agar rakyat jelatanya meyakini :
– Bahwa peristiwa tersebut memang benar² telah terjadi.
– Bahwa Sutowijoyo memang benar² orang yang terpilih (oleh Tuhan) untuk menjadi Raja Jawa.
– Bahwa kalau tidak mendukung orang pilihan Tuhan, bisa jadi akan masuk Neraka.

• Bagaimana mungkin Tuhan ikut campur tangan ngurusin hal hal remeh temeh seperti ini ? :
Satu Sutowijoyo dari jutaan manusia
Satu Spesies manusia dari jutaan spesies di bumi…
Satu bumi dari 3 milyar trilyun planet (di semesta ini) yang masing masing juga punya jutaan spesies, dan milyaran individu.

• Saat ini, cara cara untuk mendapatkan legitimasi politik secara ghaib sudah tidak akan mendapatkan dukungan mayoritas. Jaman sudah berbeda. Cara cara nya sudah bergeser ke Politik Identitas : agama (?)

• Nah…….
Kalau dalam kitab suci agama agama besar dunia, peristiwa peristiwa menakjubkan seperti ini dinamakan sebagai mukjizat (?).

Jakarta, Selasa Wage, 23.05.23

꧋ꦤꦸꦂꦱꦺꦠꦲꦂꦢꦶꦥꦸꦠꦿꦤ꧀ꦠꦺꦴ꧉
(Nurseto Ardiputranto)
—–

Ref no.1 :
https://daerah.sindonews.com/read/632631/29/awal-mula-panembahan-senopati-bercinta-dengan-nyi-roro-kidul-di-laut-selatan-1639872760?showpage=all

Ref no.2 :
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Nyai_Roro_Kidul

Nurseto Ardiputranto

7 comments

Ukuran Huruf