Hiruk pikuk pemberitaan seputar MEGATHRUST, tumbukan Lempang Tektonik di zona Subduksi, telah membuat sebagian masyarakat dan juga perusahaan perusahaan di Jakarta panik untuk mengantisipasinya. Saking paniknya, malah menurunkan aktifitas pariwisata di daerah daerah.
Mengapa bisa terjadi ?
● Karena beritanya tidak proporsional.
● Karena informasinya tidak lengkap.
MEGATHRUST adalah gempa bumi berskala besar. Kekuatan (daya rusak) nya melebihi 8,0 SR (Skala Richter). Gempa ini hanya terjadi pada zona SUBDUKSI (zona tabrakan LEMPENG BENUA), di mana satu lempeng tertekan di bawah lempeng yang lain.

Sedangkan, Gempa Bumi skala kecil bisa disebabkan karena Letusan Gunung Berapi, atau Pergeseran SESAR (Retakan Lempeng Benua).
● Di mana saja lokasi perbatasan Lempeng Benua ?
● Bagaimana mekanisme terjadinya gempa ?
● Bagaimana tentang ancaman Gempa Bumi MEGATHRUST di Jakarta ?
Bumi terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu :
1. Kerak Bumi (Lithosphere) dengan ketebalan antara 0 ~ 100 km. Kerak Bumi terbuat dari batuan padat. Sebagian besar batuan beku dan granit. Lapisan tanah tempat kita berpijak ini sejatinya adalah batuan beku yang telah melapuk. Kerak Bumi ini terpecah menjadi 16 kepingan Lempeng Besar yang saling terhubung, yang disebut Lempeng Tektonik. Lempeng lempeng Tektonik mengapung & terus bergerak mengikuti golakan Magma (lelehan batu di bawahnya) yang disebut Mantel Bumi.
2. Mantel Bumi memiliki ketebalan 2.800 ~ 2.900 km. Mantel Bumi, yang berupa cairan Magma, kaya akan Besi dan Magnesium.
3. Inti Bumi (Cor) berdiameter 6.956 km. Suhu di Inti Bumi dapat mencapai 50.000°C.

Kalau dibandingkan dengan diameter bumi yang 12.600 km, ibarat bola sepak berdiameter 30 cm, maka tebal kerak bumi hanya 2,5 mm. Sangat tipis.
Ke 16 Lempeng Tektonik tersebut bisa disimak pada ilustrasi di bawah ini :

Kecepatan gerak relatif Lempeng Tektonik bervariasi dari 13 mm/tahun hingga 172 mm/tahun.

Pergerakan yang sangat lambat ini dalam waktu jutaan tahun akan mengubah peta dunia secara ekstrim :
● 65 Juta tahun silam
○ Benua India belum menyatu dengan benua Asia.
○ Benua Amerika Selatan masih belum menyatu dengan Amerika Utara.
● 145 Juta tahun silam, benua Afrika masih menyatu dengan Amerika Selatan.
● 200 Juta tahun silam, India masih berdekatan dengan benua Antarantika.
● 250 Juta tahun silam, semua benua masih bersatu yang dinamakan Super Benua PANGEA.
Gerakan Lempeng Tektonik ini ada yang saling mendesak (convergen) & juga bisa saling menjauh (divergen).

Lempeng Australia mendesak Indonesia (Lempeng Asia) dengan kecepatan 70 mm/tahun. Sejak 20 juta tahun silam, desakan lempeng Australia ke Asia terhenti dan menghunjam melesak ke dalam, yang diistilahkan sebagai SUBDUKSI. Subduksi ini menimbulkan pergolakan magma di tepi lempeng Asia, hingga muncul Pegunungan Berapi di sepanjang pulau Sumatra (Bukit Barisan) dan juga di sepanjang pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Desakan lempeng Australia juga menimbulkan retakan retakan di tepi lempeng Asia, seperti Jawa dan Sumatra yang disebut PATAHAN, atau SESAR. Di Jawa sendiri ada puluhan Sesar, yang menjadi salah satu sumber pemicu gempa bumi.
Pada zona saling menjauh inilah ketebalan kerak bumi 0 km.

Diperkirakan pada 250 juta tahun mendatang, benua benua akan kembali menyatu membentuk satu daratan besar yang dinamakan PANGEA PROXIMA.

● Di daerah tabrakan lempeng, salah satu lempeng akan menghunjam di bawah lempeng lainnya.
● Proses menghunjam ini selalu tertahan oleh lempeng di atasnya. Tertahannya gerakan Lempeng, membuat lempeng atas melengkung, tertekuk seperti busur panah yang ditarik.
● Manakala tegangan lengkungan lempeng yang di atas sudah sebegitu besarnya, hingga melebihi friksi (gaya tahan geser antar lempeng), maka lempeng bagian atas akan MELENTING. Saat melenting itulah yang menjadikan GEMPA BUMI. Ibarat energi yang terakumulasi pada BUSUR PANAH bisa meluncurkan anak panahnya dengan cepat.

Setelah melenting melepaskan energinya, Lempeng akan memulai melengkung mengumpulkan energi hingga terjadi Gempa Bumi berikutnya.
Jadi periode pelepasan energi ini bisa diprediksi, meskipun tidak bisa akurat, misal :
Gempa Bali terjadi setiap 60 tahun dengan kekuatan 7 SR. Namun, bila periode gempa lebih cepat, maka kekuatan gempanya menurun (silakan disimak data berikut ini) :
Data Gempa Bali
● 1815 (7,0 SR)
● 1857 (7,0 SR) selang 42 th
● 1917 (6,6 SR) selang 60 th
● 1976 (6,5 SR) selang 59 th
● 1979 (6,3 SR) selang 3 th
● 2004 (5,8 SR) selang 25 th
● 2011 (5,1 SR) selang 7 th
● 2021 (4,8 SR) selang 10 th
● 2024 (4,8 SR) selang 3 th.
Lokasi korban gempa terparah adalah daerah di Pusat Lentingan Lempeng Tektonik, yang sering disebut sebagai EPICENTRUM Gempa.
Semakin dekat dengan Epicentrum Gempa, maka kerusakan akan semakin dahsyat.

Selain daerah tumbukan Lempeng Tektonik, daerah rawan gempa lainnya adalah daerah RETAKAN LEMPENG, yang disebut SESAR. Gempa di daerah sesar tidak sedahsyat di daerah Subduksi. Ini karena gerakannya jauh lebih lambat, antara 2~5 mm/tahun.
Di daerah Jawa Barat ada beberapa sesar :
● Sesar Baribis
● Sesar Cipamingkis
● Sesar Cimandiri
● Sesar Lembang
● Sesar Garut

Bagaimana dengan potensi gempa di Jakarta ?
Coba kita cermati peta Sumatra – Jawa di bawah ini :
Daerah SUBDUKSI (lokasi tumbukan 2 lempeng tektonik) terlihat di laut pada garis antara biru tua – biru muda. Itulah daerah Subduksi, tempat terjadinya potensi MEGATHRUST. Tampak Posisi Jakarta amatlah jauh (300 km) dari Epicentrum nya. Jadi, seandainya terjadi Megathrust dengan kekuatan 9 SR di zona subduksi, maka amplitudo gempa sampai Jakarta tidak terlalu kuat.
Berikut adalah data (sejarah) gempa yang kuhimpun dari Ref.15 :
MEGATHRUST Selat Sunda :
▪︎ 1699 (8.2 SR) ; 105 km
▪︎ 1852 (7,1 SR) ; 100 km ; 153 th
▪︎ 1895 (7,9 SR) ; 33 km ; 43 th
▪︎ 1903 (7,9 SR) ; 35 km ; 8 th
▪︎ 1943 (7,1 SR) ; 35 km ; 40 th
▪︎ 1954 (6,8 SR) ; 60 km ; 11 th
▪︎ 1999 (6,5 SR) ; 59 km ; 45 th
▪︎ 2000 (6,8 SR) ; 29 km ; 1 th
▪︎ 2018 (5,9 SR) ; 43 km ; 18 th
▪︎ 2019 (6,9 SR) ; 49 km ; 1 th
▪︎ 2022 (6,6 SR) ; 52 km ; 3 th.
Dari data di atas, Megathrust terakhir dari Selat Sunda telah terjadi 2022 (2 tahun silam). Dalam 300 tahun terakhir, kekuatannya juga tidak cukup besar untuk menghancurkan Jakarta. Itu karena posisi Jakarta cukup jauh dari Epicentrum (pusat gempa).
MEGATHRUST Selatan Jawa Barat :
▪︎ 1780 (8.5 SR) ; 20 km
▪︎ 2000 (6,8 SR) ; 38 km
▪︎ 2006 (7,7 SR) ; 20 km ; 85 th
▪︎ 2009 (7,0 SR) ; 46 km ; 3 th
▪︎ 2017 (6,5 SR) ; 92 km ; Tasikmalaya.
Dari data di atas, Megathrust terakhir di Selatan Jawa Barat terjadi pada 2017 (7 tahun silam). Dalam 300 tahun terakhir, kekuatan gempanya juga tidak cukup besar untuk menghancurkan Jakarta. Itu karena posisi Jakarta cukup jauh dari Epicentrum (pusat gempa).
Ancaman gempa di Jakarta selain dari MEGATHRUST adalah gempa di SESAR BARIBIS. Sesar (retakan Lempeng Tektonik) ini membentang dari Karawang hingga Banten.

Data sejarah gempa dari Sesar Baribis adalah sbb :
▪︎ 1834 (7,0 SR) ; 12 km
▪︎ 1862 (6,5 SR) ; 10 km ; Krwang (28 th)
Sejak gempa besar karena Sesar Baribis 162 tahun silam, Sesar Baribis bagian barat tidak begitu aktif. Hasil penelitian beberapa tahun yang lalu, periode 2019~2021 tercatat ada 9 kali gempa di ujung sebelah timur Sesar Baribis (seputar Karawang ~ Purwakarta). Itupun kekuatannya hanya berkisar 2 SR. Sangat kecil. Jadi energi terakumulasinya tidak besar, karena belum 1 tahun sudah terjadi beberapa kali gempa.

Berdasarkan data data di atas :
1. Kalau toh ada gempa besar Megathrust di zona Subduksi, Jakarta tidak akan terdampak parah, karena lokasi 300 km dari pusat gempa.
2. Kemungkinan gempa besar terjadi di Jakarta, hanya kalau terjadi pada Sesar Baribis. Tapi dari catatan sejarah gempa di atas, sesar Baribis di bagian barat sudah tidak terlalu aktif.
3. Jadi, perihal hiruk pikuk pemberitaan tentang ancaman MEGATHRUST di Jakarta, tidak perlu kekhawatirkan yang berlebihan. Cukup pengenalan mekanisme penyelamatan diri, seandainya terjadi gempa.
Bekasi, Sabtu Pahing, 12.10.24
꧋ꦤꦸꦂꦱꦺꦠꦲꦂꦢꦶꦥꦸꦠꦿꦤ꧀ꦠꦺꦴ꧉
(Nurseto Ardiputranto)
———-
Ref.4
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_berskala_besar
Ref.5
https://id.wikipedia.org/wiki/Zona_subduksi_Selat_Sunda
Ref.6 :
https://en.wikipedia.org/wiki/Plate_tectonics
Ref.7 :
https://darkwing.uoregon.edu/~drt/Classes/201_99/Rice/Tectonics.html
Ref.8
https://letstalkscience.ca/educational-resources/stem-explained/plate-tectonics
Ref.9
https://www.britannica.com/science/plate-tectonics/Evidence-supporting-the-hypothesis
Ref.10
https://www.usgs.gov/media/images/earth-cross-section
Ref.11
https://www.gsi.ie/en-ie/education/our-planet-earth/Pages/The-Earth-structure.aspx
Ref.12
https://mahasiswa.ung.ac.id/451413017/home/2015/11/3/bencana-geologi-pulau-sumatera.html
Ref.15
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_gempa_bumi_di_Indonesia
Ref.16
https://id.wikipedia.org/wiki/Sesar_Baribis
Add comment