ForSains

Peradaban Baru Era Digital, Mengubah Interaksi Sosial Manusia

Oleh: Tauhid Nur Azhar

Kita pernah merasakan, hingga 20 tahun lalu, ketika membeli tiket pesawat atau kereta api  harus mengantri di loket atau agen penjualan. Juga untuk merencanakan perjalanan, perlu melakukan reservasi manual yang mewajibkan kita hadir di tempat penjualan dan pemesanan tiket.

Tak hanya itu, berkomunikasi dengan telpon dan telegram juga masih harus dilakukan di kantor Telkom atau warung telekomunikasi. Sementara pengiriman dokumen tercepat saat itu adalah melalui facsimile, yang intinya mencetak ulang dokumen yang dikirimkan di lokasi tujuan.

Transfer dana melalui sistem perbankan atau wesel Pos belum bisa real time, dan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan prosedur administrasi, perlu beberapa tahapan antar-institusi agar dana dapat dicairkan.

Semua itu, saat ini, dapat dilakukan dengan sebuah gadget yang terkoneksi dengan jaringan internet.

Ini adalah salah satu pemicu perubahan peradaban yang diinisiasi oleh teknologi informasi. Sarana dan prasarana pendukung aktivitas masyarakat yang, dulu, biasanya terasosiasi dengan infrastruktur transportasi, fasilitas layanan publik, dan permukiman, kini memiliki spektrum definisi baru.

Infrastruktur peradaban baru, dikenal sebagai digital infrastructure, antara lain digital forms of ID and verification, civil registration, payment (digital transactions and money transfers), data exchange, and information systems.

Sementara aset digital yang memiliki peran dan utilitas khusus di dalamnya dikenal sebagai digital public goods atau DPG. Jadi ada DPI untuk infrastruktur digital, dan ada DPG untuk produk penunjangnya seperti open-source software, open data, open AI models, open standards, and open content. 

Dalam ranah aplikatif, infrastruktur digital ini dapat maujud dalam aspek layanan (services) atau sistem penunjang yang menjadi perancah bagi terkonstruksinya peradaban baru berbasis teknologi digital.

Contoh kongkret, kemarin saya ada tugas di ibukota, cukup mendadak dan benar-benar di luar perencanaan kegiatan mingguan. Tapi karena adanya dukungan layanan berbasis teknologi yang bekerja di platform digital, maka dengan relatif sangat mudah saya bisa mendapatkan tiket kereta api melalui aplikasi PT KAI yang dinamai KAI Access.

Dapat memilih tempat duduk sendiri, melakukan pembayaran secara non tunai (baik dengan akun virtual, QRIS, ataupun metoda transfer mobile banking). Juga dapat memesan makanan dan minuman secara daring, dan karena faktor DPG dalam DPI yang sudah terintegrasi.

Memasuki area boarding di stasiun Bandung hanya dengan “setor muka”, alias masuk gerbang keberangkatan dengan menggunakan sistem pengenalan biometrik. Praktis, mudah, efisien dalam hal waktu, dan semakin murah terjangkau karena dapat mereduksi penggunaan sumber daya dan memangkas proses yang mengkonsumsi energi.

Aplikasi hospitaliti dan perjalanan seperti Traveloka telah memiliki berbagai fitur dan banyak mitra/merchant yang menyediakan berbagai jenis dan klasifikasi akomodasi. Mau yang berada dalam radius jangkauan dengan berjalan kaki, harga dengan batas tertinggi tertentu, kamar non smoking, ada sarana olahraga kebugaran atau kolam renang, dan akses ke moda transportasi publik. Semua bisa diatur dan dicari dengan mudah.

Tak hanya kereta api yang sudah memiliki sistem terintegrasi sebagai bagian dari DPI, tetapi hampir semua moda telah melakukan pendekatan pengembangan sistem yang bersifat terbuka. Penerapan API atau microservices dan sistem booking yang terdigitalisasi dapat memberikan jaminan kepastian dan transparansi.

Saya banyak belajar tentang berbagai perkembangan bioteknologi dan proses pembuatan obat, juga vaksin di acara BPOM. Dan uniknya, akselerasi yang terjadi pada berbagai proses di sektor farmasi itu juga dikatalisasi oleh “enzim” yang bernama teknologi, termasuk di dalamnya juga teknologi informasi, machine learning, bioinformatika, dan berbagai teknologi terkait lainnya.

Sebagai contoh, perkembangan terapi dan metoda terapi berbasis teknologi biosimilar, telah membawa kemajuan teknologi kedokteran untuk melakukan proses substitusi berbagai elemen biologis yang terganggu dalam berbagai proses patobiologis.

Perkembangan teknologi biologi similar yang produknya dapat berupa rekombinan protein terapetik, hormon dan antibodi.

Teknologi biosimilar menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan pengembangan obat biologis yang didefinisikan sebagai zat aktif yang terbuat atau diperoleh dari sel-sel hidup melalui proses biologi.

Contoh obat biologi yang sudah banyak dipakai dalam pelayanan kesehatan adalah insulin yang bisa diproduksi oleh makhluk hidup (seperti bakteri dan yeast) melalui teknik rekayasa genetika.

Secara farmakologis produk biologis ini lebih mudah diterima tubuh karena terbuat dari materi biologis yang memiliki kemiripan dengan manusia.

Contoh produk biosimilar dan obat biologis lain yang juga sudah dapat diproduksi di Indonesia antara lain adalah Interferon (Roferon A dan Intron A), Insulin (Insulin glargin) danEritropoietin (Epoitin alfa), juga Albumin.

Khusus protein terapetik yang telah banyak dikembangkan sebagai bagian dari terapi biologis adalah keluarga glikoprotein, seperti epoetin (EPO), granulocyte macrophage-colony stimulating factor (GM-CSF) dan tissue plasminogen activator (t-PA). Glikosilasi sangat penting karena ia dapat mempengaruhi aktivitas biologi protein melalui mekanisme-mekanisme khusus.

Mengacu kepada artikel yang ditulis oleh _Neng Herawati, di Biotrends Vol 7 No 1 Tahun 2016_, produksi protein rekombinan sebagai materi utama dari terapi biosimilar biasanya menggunakan metoda ekspresi gen yang membutuhkan sel sebagai biogeneratornya. Adapun empat sistem ekspresi yang umum digunakan, E. coli, yeast (Pichia pastoris), Baculovirus/sel serangga, dan sel mamalia (sel puncak mamalia).

Tentu masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan yang mempengaruhi proses ekspresi protein yang diharapkan menjadi agen biosimilar dengan fungsi terapeutik.

Kelemahan bakteri sebagai pejamu dalam ekspresi protein, diantaranya: keterbatasan dalam mengekspresikan protein-protein eukariotik, karena tidak adanya sistem modifikasi

post-translasional yang dikatalisa oleh enzyme-mediated N-linked glycosylation, O-linked glycosylation, amidation, hydroxylation, myristoylation, palmitation, dan sulfation. Enzim ini tidak dimiliki oleh bakteri atau prokariot pada umumnya. (Kamionka, 2011, Brondyk, 2009).

Metoda lain, seperti ragi/kapang dan sel mamalia juga punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tapi tentu itu sudah masuk lebih jauh ke dalam domain teknis. Kita batasi diskusi kita di ranah peran teknologi dalam memigrasi berbagai elemen kehidupan yang bersifat eskalatif dan akseleratif.

Dari pemaparan dan penjelajahan di atas, ada suatu persamaan yang bersifat generik saat kita membicarakan suatu metoda atau pendekatan yang diabsahkan melalui metodologi ilmiah dan tidak semata berdasar pengalaman empirik yang memiliki kandungan subjektif dengan tingkat bias cukup tinggi.

Penerapan metodologi ilmiah dalam pengembangan metoda aplikatif di ranah sains dapat memandu proses replikasi dan standarisasi yang ajeg karena dalam penegakan acuannya telah memenuhi kaidah-kaidah statistik yang diharapkan dapat merepresentasikan kondisi nyata dalam berbagai varian yang tercipta karena ada nya dinamika interaksi di dalamnya.

Sebagai contoh metoda ekspresi protein rekombinan yang diterapkan dalam proses pembuatan protein sub unit untuk vaksin pun melalui proses dan dasar ilmu yang sama karena adanya sifat generik yang menyertainya.

Kita bisa mempelajari ini dari proses pengembangan vaksin nasional kita, Indovac.

Vaksin IndoVac merupakan buah dari kerja sama antara PT Bio Farma dengan Baylor College of Medicine (BCM) USA. Vaksin IndoVac ini merupakan Vaksin Covid dengan platform protein subunit recombinant, dengan kandungan aktif Receptor-Binding-Domain (RBD) Protein S dari SARS-CoV-2. Protein Recombinant yang digunakan pada Vaksin IndoVac berasal dari protein SARS-CoV-2 yang direkayasa secara genetik dalam ragi Pichia Pastoris, yang kemudian dilengkapi dengan kombinasi ajuvan Alumunium hidroksida (Al(OH)3) dan CpG 1018.

Pada gilirannya semua data, informasi, dan repositori ilmu yang menjadi basis data konstruksi peradaban manusia akan menghasilkan suatu samudera dan benua baru yang mungkin kita bisa beri nama Samudra awasena, Neo Virtual Pangea. Peradaban Baru Era Digital, Mengubah Interaksi Sosial Manusia sebagai satu spesies.

Pada dasarnya manusia memang makhluk data yang tersusun dari berbagai kode yang menghasilkan informasi. Data terkait menunjukkan bahwa setiap manusia menghasilkan 1,7 MB data perdetiknya. Bisa dibayangkan betapa banyaknya sungai data yang akan bermuara di samudera digital yang menampungnya.

Maka data center dan layanan pengelolaan serta penyimpanan data akan menjadi isu strategis dalam konstruksi peradaban baru.

Di Indonesia data center dikelola oleh BUMN telekomunikasi melalui Telkom Data Ekosistem atau TDE. Selain itu ada juga DCI atau data center Indonesia yang dibangun oleh Otto Toto Sugiri.

Lalu sejak 2018, perusahaan data management and storage global juga membangun server di Indonesia. Contohnya Aliyun atau Alibaba Cloud, NTT, Google Cloud, dan AWS.

Selain DC dan servernya, Aliyun menyediakan layanan big data, elastic computing, layanan database, keamanan, jaringan hingga middleware untuk analisis.

Sedangkan Google Cloud menyediakan jasa Google Kubernetes Engine, Cloud SQL, Cloud Storage, Cloud Spanner, Cloud Bigtable, dan BigQuery, dan juga computing engine.

Sementara Microsoft berencana akan mengembangkan DC dan layanan Cloud AI yang kemungkinan besar akan menjadi landing platform untuk GPT-3/4.

Kembali pada kajian DPI dan DPG, samudera data yang tercipta dari interaksi berbagai eemen semesta akan menjadi bagian dari konstruksi peradaban masa depan. Perkembangan ke arah terbentuknya peradaban baru berbasis digital, termasuk dalam ranah kesehatan, pendidikan, maupun berbagai sendi kehidupan. Keniscayaan peradaban baru yang tak terelakkan.

Penulis adalah dokter, peneliti di Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas.

Lukas Luwarso

Lukas Luwarso

Add comment

Ukuran Huruf