Oleh Agus Hasan Budiyanto
Profesor Matematika di College of Mount Saint Vincent (CMSV), New York.
Artikel ini merupakan komentar terhadap dua thought experiment Lukas Luwarso tentang mengapa Tuhan menciptakan alam semesta (dalam artikel “Imaji Tentang Tuhan”). Kutipan kesimpulan thought experiment tsb adalah: “(1) Sebagai alat, membantu Tuhan yang non-materi, untuk melihat potensi eksistensial secara material; (2) Sebagai permainan, membantu Tuhan mengisi kesepian dan kekosongan eksistensialnya.”
Dalam Hindu, kesimpulan thought experiment nomor dua diatas disebut dengan LILA. Ini merupakan salah satu inti dari ajaran Hindu, terutama Advaita Vedanta. Dasar argumen LILA seperti ini: Jika Tuhan sudah sempurna untuk apa Tuhan menciptakan alam semesta? (Kata menciptakan disini perlu mendapat tanda kutip karena memiliki arti khusus).
Jika Tuhan mempunyai tujuan berarti Tuhan (belum) sempurna. Karena itu jika Tuhan menciptakan alam semesta Tuhan harus tidak bertujuan. Yang paling sesuai untuk menjelaskan ini adalah melalui konsep LILA atau “Divine Play”. Yakni alam semesta ada semata2 untuk kesenangan Tuhan, mirip seperti ketika manusia menyanyi atau menari secara spontan.
Kata spontan disini penting untuk menekankan ketidakbertujuan Tuhan. Dalam menciptakan alam semesta tsb, Tuhan tidak menciptakan dari sesuatu yang tidak ada sebelumnya, melainkan menciptakannya dari Diri Nya sendiri secara spontan. Meher Baba mengibaratkannya seperti tumbuhnya rambut secara spontan di kepala manusia. Dengan kata lain, Advaita Vedanta tidak mempercayai Creatio ex Nihilo, tetapi mempercayai Creatio ex Deo. Saya jelaskan ini dalam artikel ringan saya “Tentang Filsafat Misteri Eksistensi”.
Ada pertanyaan penting yang belum atau tidak dapat dijawab oleh Advaita Vedanta. Yakni: Jika Tuhan sudah sempurna, kenapa Tuhan masih memerlukan kesenangan dan permainan?
Sedangkan kesimpulan thought experiment nomor satu lebih terkait dengan tradisi sufisme-Islam. Dalam tradisi sufisme, alam semesta ada karena Tuhan ingin dikenal. Dalam hadis qudsi yg terkenal Tuhan mengatakan: “Aku adalah harta karun yang tersembunyi, Aku ingin dikenal maka Aku menciptakan Dunia”.
Dalam tafsiran Ibn Arabi, alam semesta merupakan perwujudan atau aktualisasi dari potensialitas-potensialitas Pengetahuan Tuhan. Pengetahuan Tuhan yang belum teraktualisasi tsb disebut dengan Ayn Thabita (padanan dalam tradisi Kristen disebut dengan Logos). Jadi Ayn Thabita ini merupakan harta karun yang dimaksud oleh hadis qudsi diatas.
Penjelasan tujuan alam semesta melalui konsep Ayn Thabita ini jelas terlihat bertentangan dengan konsep LILA, karena Ayn Thabita masih memberi implikasi bahwa Tuhan memiliki tujuan dalam menciptakan alam semesta. Selain itu, Ibn Arabi juga tidak dapat menjelaskan mengapa Tuhan masih perlu untuk mengaktualkan semua potensi pengetahuan Nya. Jika Tuhan sudah sempurna, mengapa hal itu masih diperlukan?
Semua persoalan diatas saya bahas solusinya dalam artikel “Tentang Tujuan Final Eksistensi” (Lihat link dibawah).
Referensi:
1) Tentang Filsafat Misteri Eksistensi
Link: https://www.facebook.com/notes/agus-hasan-budiyanto/tentang-filsafat-misteri-eksistensi/119478212905037/
2) Tentang Tujuan Final Eksistensi
Link:https://www.facebook.com/notes/agus-hasan-budiyanto/tentang-tujuan-final-eksistensi/117405209779004/
Lukas Luwarso
Add comment