Banyak yang menganggap bahwa ketika Anda membongkar hakikat alam, pandangan spiritual tidak cocok dengan pandangan ilmiah. Anggapan ini sangat salah.
Spiritualitas hanya merujuk pada perasaan koneksi dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri, dan tidak ada hubungannya dengan hal-hal supernatural. Seperti kata Carl Sagan: “Sains tidak hanya kompatibel dengan spiritualitas; ia adalah sumber spiritualitas yang mendalam.”
Einstein tidak hanya setuju dengan pandangan ini, tapi juga percaya bahwa satu-satunya jalan menuju pencerahan spiritual sejati adalah melalui jalur yang kita tempuh ketika mengejar penemuan ilmiah. “Semakin jauh evolusi spiritual manusia berkembang,” katanya, “semakin yakin saya bahwa jalan menuju religiositas yang sejati tidak terletak pada ketakutan terhadap kehidupan dan kematian, dan keyakinan buta, tetapi melalui usaha untuk mencari pengetahuan rasional.”
Jadi, apa arti kehidupan, dan arti keberadaan, menurut pandangan-dunia baru ini? Dalam bukunya yang berjudul Vital Dust, penerima Nobel Christian de Duve memberikan jawaban yang memuaskan:
“Jika alam semesta ini tidak tak berarti, apa maknanya? Bagi saya, makna tersebut dapat ditemukan dalam struktur alam semesta, yang ternyata menghasilkan pemikiran melalui kehidupan dan pikiran. Pemikiran, akhirnya, adalah kemampuan di mana alam semesta dapat merenungkan dirinya sendiri, menemukan strukturnya sendiri, dan memahami entitas-imanen seperti kebenaran, keindahan, kebaikan, dan cinta. Demikianlah makna alam semesta, menurut pandangan saya.”
Namun, untuk menyadari maknanya dan tujuan transenden, kosmos membutuhkan bantuan kita. Seperti diungkap oleh James Gardner dalam bukunya Biocosm: “Alam semesta, De Duve pasti akan setuju, tidak dapat menunjukkan keajaiban pikiran-sadar atau manifestasinya yang terbaik — kebenaran, keindahan, kebaikan, dan cinta — sendiri. Untuk melakukannya, alam semesta dengan gencar membutuhkan bantuan manusia yang rendah hati seperti kita ini.”
Jadi, apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk membantu alam semesta dalam proses kebangkitan kosmiknya? Di luar kesadaran-diri, ada tingkat kesadaran yang lebih tinggi yang dapat dicapai oleh agen cerdas yang disebut meta-kesadaran.
Tingkat baru otonomi diri ini akan merujuk pada kesadaran akan kesadaran-diri, tapi juga menunjukkan bahwa agen tersebut memahami bahwa ia bagian dari jaringan agen yang lebih besar, dan semuanya adalah bagian dari keseluruhan yang saling tergantung dan terhubung yang kita sebut biosfer, dan lebih khusus lagi, otak global.
Dari segi perilaku, meta-kesadaran berarti Anda menyadari kekuatan kausal Anda dan memilih untuk mengoptimalkan pengambilan keputusan Anda, sehingga pilihan Anda konsisten dengan tujuan jangka-panjang Anda dan tujuan masyarakat tempat Anda berada.
Meta-kesadaran harus secara sadar dikembangkan agar dapat sepenuhnya muncul dalam sebuah agen, dan ketika kesadaran akan kesadaran menjadi hal yang umum, sinergi yang dihasilkan akan membawa umat manusia ke tingkat yang baru.
Namun, meta-kesadaran bukanlah sebuah kemewahan. Jika kita tidak menyadari bahwa satu-satunya cara kita untuk mampu mengatasi tantangan eksistensial bersama adalah dengan bekerja sama, peradaban kita akan gagal.
Maka, meskipun negara-negara harus mempertahankan identitas individu mereka, ingatlah: kekuatan ada dalam keragaman; mereka juga harus menyelaraskan kepentingan bersama, yang menghasilkan sinergi dengan cara meminimalkan konflik dan mempromosikan kerjasama. Kompleksitas optimal dan kapasitas komputasi berasal dari keseimbangan keberagaman atau diferensiasi dan integrasi atau koneksi.
Untuk menyelaraskan kepentingan, kita harus memiliki pandangan-dunia yang umum. Sagan berkata, “Sebuah agama, lama atau baru, yang menekankan keagungan Alam Semesta sebagaimana yang terungkap oleh sains modern mungkin mampu memunculkan rasa kagum dan takjub yang jarang dimiliki oleh keyakinan konvensional. Suatu saat agama seperti itu akan muncul.”
“Agama” adalah istilah yang bermakna kompleks, tetapi sebuah ideologi spiritual yang dipandu oleh sains dan dibantu oleh teknologi, yang memiliki moralitas universal dan tujuan eksistensial bersama, akan menjadi pandangan-dunia masa depan. Itu harus terjadi jika kita ingin peradaban kita bertahan.
Dalam perspektif kosmik, tidak ada “kita versus mereka.” Yang ada hanya “kita.” Karena kita semua adalah bagian dari keseluruhan yang saling tergantung, tujuan kita seharusnya adalah mencoba mencapai kebaikan terbesar bagi jumlah orang yang terbesar.
Meskipun impian tentang agama kosmik mungkin terdengar terlalu idealis bagi beberapa orang, saya yakin ini adalah pandangan-dunia yang sangat masuk akal dan dapat dicapai, suatu pandangan dunia yang akan diadopsi oleh masyarakat yang tercerahkan di masa depan.
Sebuah penelitian tahun 2017 yang mewawancarai lebih dari enam ratus orang menemukan bahwa pengalaman psikedelik, dengan melarutkan ego dan kerangka ideologis seseorang, dapat diandalkan untuk mengubah keyakinan politik dan sikap orang-orang menjadi lebih simpatik dan progresif.
Secara khusus, individu-individu tersebut menjadi lebih menentang otoritarianisme dan lebih peduli terhadap kesejahteraan orang lain dan alam. Jadi, hal-hal seperti pencerahan ilmiah dan keadaan kesadaran yang lebih tinggi, secara alami mendekatkan kita pada perspektif kosmik dengan mengungkapkan sifat saling terhubung dari masyarakat kita.
Saya tidak mengusulkan bahwa setiap orang di atas usia delapan belas tahun harus memakan jamur ajaib malam ini, meskipun itu akan menjadi eksperimen yang menarik. Saya mengatakan bahwa kita perlu melakukan reset kognitif, dan kita bisa melakukannya dengan hanya memikirkan diri kita sebagai warga global dari superorganisme planet yang disebut Gaia.
Tujuan kolektif utama kita seharusnya adalah hiperkoneksi. Setiap tahun, jumlah cara untuk terhubung secara sosial dengan orang lain, bahkan yang berada di lokasi yang paling terpencil, meningkat secara eksponensial, yang memungkinkan aliran informasi yang semakin besar.
Hal ini niscaya meningkatkan kesadaran sosial yang lebih besar dan pertukaran pengetahuan. Juga merupakan fakta matematis bahwa meningkatkan jumlah koneksi antara simpul meningkatkan kekuatan komputasi dari sebuah jaringan.
Jika peradaban manusia benar-benar adalah satu jaringan saraf masif, dengan setiap individu dan perangkat bertindak sebagai simpul atau neuron, maka itu berarti media sosial memiliki kemampuan untuk menciptakan efek jaringan yang kuat.
Kita harus memanfaatkan semua alat yang tersedia di era informasi — dan menciptakan yang baru. Kemampuan teknologi blockchain untuk memfasilitasi munculnya sistem yang dapat mengatur diri sendiri dari berbagai jenis baru saja mulai dijelajahi.
Benar bahwa dunia memiliki masalah-masalah serius, tetapi jika kita tidak memiliki masalah, kita tidak akan pernah terdorong untuk mencari solusi baru. Masalah mendorong kemajuan. Mari kita memeluk tantangan eksistensial utama kita dan bersatu untuk memecahkannya.
Sudah waktunya untuk melupakan perbedaan kita dan hanya memikirkan diri kita sebagai manusia, terlibat dalam perjuangan biologis dan moral yang sama. Jika perspektif kosmik, dan filsafat meta-naturalisme puisi, atau pandangan-dunia serupa mengenai evolusi dan munculnya kehidupan, dapat membangun jembatan antara pandangan-dunia reduksionis dan agama-agama di dunia, maka kita dapat optimistis bahwa tingkat baru ketertiban dan fungsionalitas akan muncul dari lautan kekacauan saat ini.
Pengetahuan adalah pencerahan, pengetahuan adalah transendensi, dan pengetahuan adalah kekuatan. Kecenderungan menuju kekacauan yang dijelaskan oleh hukum kedua (termodinamika) membutuhkan bahwa kehidupan memperoleh pengetahuan selamanya, memberikan tujuan individu dan kolektif kepada kita semua dengan menciptakan keterbatasan yang mendorong kita untuk mencipta.
Dengan menyadari tujuan kehadiran kita, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna, saling selaras dan serasi dengan aspirasi alam. Anda bukanlah kecelakaan kosmik. Anda adalah sebuah tuntutan kosmik.
Sumber
Why Carl Sagan believed that science is a source of spirituality
Add comment