Memahami batas keyakinan kita dapat membuat kita menjadi lebih baik
Tumbuh dewasa pada tahun 1570-an, Galileo Galilei percaya pada apa yang semua orang anggap benar pada saat itu: bahwa Bumi adalah pusat alam semesta.
Pada tahun 1609, ia membuat salah satu teleskop pertama yang mampu melihat detail objek langit. Ia mulai melihat bulan. Pada 7 Januari di tahun berikutnya, ia melihat empat bintang yang tampak dekat dengan Jupiter, dan terus mengamati dan menggambar bintang-bintang itu. Seiring waktu, ia menyadari sesuatu yang aneh: jarak setiap bintang dari Jupiter tampaknya berubah dengan cepat.
Akhirnya, Galileo menyadari bahwa objek-objek ini — benda langit yang kemudian dikenal sebagai bulan — sedang mengelilingi Jupiter. Penemuan ini membuatnya mulai mempertanyakan keyakinannya. Gereja Katolik telah mengajarkan kepadanya bahwa Bumi adalah pusat alam semesta dan bahwa segala sesuatu yang lain hanya bergerak di sekitarnya. Jadi bagaimana mungkin keempat objek yang mirip bintang itu berputar di sekitar Jupiter?
Setelah banyak mengamati dan menggambar pada malam hari, Galileo akhirnya menyimpulkan bahwa matahari sebenarnya adalah pusat alam semesta. Ini berarti Bumi dan planet lainnya berputar mengelilingi matahari. Ide ini membuatnya sangat dibenci.
Pada 1616, Gereja Katolik mengadili Galileo. Pimpinan gereja menunjukkan bahwa keyakinannya yang baru bertentangan dengan Alkitab. Konsekuensi atas keyakinan ini: Gereja menghukum ilmuwan tersebut karena bid’ah dan menjatuhkan hukuman tahanan rumah padanya selama sisa hidupnya.
Namun, ini tidak mengubah pikiran Galileo. Dan seiring waktu, teorinya kelak menjadi dasar bagi para ilmuwan untuk memahami alam semesta (meskipun yang lain akan menunjukkan bahwa matahari adalah pusat dari tata surya kita, bukan seluruh kosmos). Galileo juga melakukan penemuan penting lainnya. Untuk pencapaiannya, Albert Einstein menyebut Galileo sebagai “bapak Fisika modern — bahkan, bapak seluruh ilmu pengetahuan modern.”
Ilmuwan saat ini menyepakati satu faktor yang mungkin telah berkontribusi pada kesuksesan ilmiah Galileo: kemampuannya untuk mempertanyakan keyakinannya sendiri dan mengakui bahwa apa yang selama ini ia yakini mungkin salah.
***
Selama bertahun-tahun, Mark Leary telah mempelajari peran keyakinan orang dalam perilaku mereka. Leary adalah seorang ahli saraf di Duke University di Durham, N.C. Dia menemukan bahwa mengakui Anda mungkin salah dapat membuat Anda lebih memperhatikan setiap bukti yang Anda temui. Itulah yang dilakukan oleh Galileo.
“Galileo tidak hanya menjadi orang yang tepat melawan otoritas yang salah,” kata Leary. “Sebenarnya, dia memulai seperti semua orang pada saat itu, yaitu meyakini hal yang salah.” Tapi kemudian, Leary mencatat, Galileo “tiba-tiba menyadari: ‘Oh, ternyata saya salah!'”
“Mengetahui keyakinan kita bisa salah akan membantu kita dalam beberapa hal,” kata Tenelle Porter, seorang psikolog pendidikan di Universitas Ball State di Muncie, Indiana. “Misalnya, jika kita dapat mengakui bahwa ide-ide atau pemahaman kita tentang sesuatu mungkin salah, kita lebih cenderung melakukan apa yang diperlukan untuk menemukan kebenaran.”
Menjadi rendah hati, seperti yang ditunjukkan oleh para peneliti, adalah cara belajar yang terlupakan.
Add comment