Otangutan telah mengenal pengobatan melalui tanaman tanaman yang ada di hutan. Prilaku ini diamati peneliti di Taman Nasional Gunung Lauser.
Rakus adalah nama Orangutan berusia 30 tahun, yang hidup di di Hutan Lindung Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatra.
Pada musim panas 2022, ia terluka di bawah kelopak mata dan di dalam mulut nya, setelah perkelahian di puncak pohon.

Para peneliti mengikuti Rakus dari kejauhan. Apa yang dilakukan Rakus dalam pengobatan dirinya, dilaporkan dengan rinci di jurnal Scientific Reports.
Rakus berulang kali mengunyah daun tanaman tertentu selama beberapa hari. Tanaman merambat tersebut bukanlah makanan khas orangutan, namun dikenal manusia sebagai makanan obat pereda nyeri.
Daun tersebut dikunyah dan dioleskan ke tempat luka. Ini pertama kalinya seekor hewan terlihat mengoleskan obat pada luka di kulit. Luka Rakus tidak menimbulkan infeksi, dan sembuh dalam seminggu.
Penemuan ini menjadi bukti baru bahwa Orangutan mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan tanaman pereda nyeri. Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa spesies lain juga melakukan pengobatan sendiri, dengan tingkat kecanggihan yang berbeda beda.
Kemampuan kera besar mengidentifikasi obat obatan dan mengobati luka mencerminkan prilaku nenek moyang kita jutaan tahun silam.
Ada kemungkinan Rakus belajar mengobati lukanya melalui “inovasi individu” :
- Secara tidak sengaja telah menyentuhkan jarinya ke luka dengan kunyahan daun pereda nyeri. Atau
- Mungkin telah mempelajari perilaku tersebut dari Orangutan lain.
Orangutan belajar secara sosial. Mereka mengembangkan pengetahuan canggih tentang makanan dari ibu mereka.
Mereka belajar banyak, misalnya :
Jenis buah apa saja yang bisa dimakan ?
- Di mana menemukan buah² tsb ?
- Kapan musimnya ?
- Kapan buahnya matang ?
- Bagaimana cara mengolahnya ?
Beberapa orangutan memakan hingga 400 tanaman berbeda.
Kemungkinan manusia purba memperoleh kemampuan untuk mengidentifikasi tumbuhan sebagai obat dari pengamatan pada hewan lainnya. Manusia memang punya kesamaan genetik sebesar 97% dengan Orangutan. Kita berpisah keturunan sejak 9~12 juta tahun silam.
Mungkin masih banyak lagi tanaman yang digunakan oleh kera besar kerabat dekat kita (Orangutan, Simpanse, Bonobo & Gorila) sebagai obat, namun belum digunakan oleh manusia. Ini adalah lahan luas untuk penelitian berikutnya.
Temuan baru ini juga menunjukkan betapa banyak hal yang dapat dipelajari dari orangutan, yang terancam punah.
Data terakhir menunjukkan penurunan drastis populasi Orangutan sejak tahun 1900 hingga 2018 :
- Populasi Orangutan Sumatra turun dari 85.000 ekor menjadi 4.000 ekor.
- Populasi Orangutan Kalimantan turun dari 230.000 menjadi 54.000 ekor.

Hutan hujan, tempat tinggal orangutan Sumatera dan Kalimantan, telah menghilang setelah dikonversi menjadi lahan Sawit. Kebakaran hutan juga memperparah kerusakan ekosistem.
Bagaimanapun ini harus kita atasi. Kita mengharapkan keseriusan Departemen Kehutanan dan Pemerintah Daerah mengatasi hal ini.
Jakarta, Sabtu Kliwon, 18.05.24.
꧋ꦤꦸꦂꦱꦺꦠꦲꦂꦢꦶꦥꦸꦠꦿꦤ꧀ꦠꦺꦴ꧉
(Nurseto Ardiputranto)
———-
Narasi terkait :
46. RITUAL SUCI SIMPANSE
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10222334516886139&id=1063478419
97a. MONYET MAKAKA
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02soDEneaSK5RHfsJcn9N8iT3mumzzbcA14oM5SMnLWyvGim7rrWrjWaHmL9hs7myBl&id=1063478419&mibextid=Nif5oz
SIMPANSE, SINGA, PREMAN & PRESIDEN
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0ScTaBgCEEEVAYXbmSgkyYhpGCGdzRmM6Cy6w3kkiXVpELvNu8T5Zbr8Nn8iEb2ixl&id=1063478419
Prilaku Lesbianisme Bonobo https://forsains.id/perspektif/perilaku-seks-lesbianisme-bonobo/
———-
Ref.1
https://www.nbcnews.com/science/science-news/orangutan-treated-own-wound-medicinal-plant-rcna150230
Ref.2
https://www.pinterpolitik.com/in-depth/jokowi-dan-nestapa-orangutan/
Add comment