Mana duluan ada, ayam atau telur? Ini adalah teka-teki lama yang memicu perdebatan sepanjang zaman. Pertanyaan yang tidak mudah dijawab, ayam jelas menetas dari telur, tetapi telur berasal dari ayam. Lingkaran pertanyaan yang tak akan ketemu titik awalnya, jika hanya memakai asumsi, intuisi, atau logika.
Namun, untunglah ada metode sains yang bisa menjawab teka-teki itu, memakai prinsip teori evolusi biologi molekuler.
Bertelur untuk beranak-pinak bukan cuma eksklusif milik ayam, banyak jenis hewan juga bertelur, dari ikan, dinosaurus, ular, burung, hingga buaya. Secara teknis, telur hanyalah wadah berlapis membran tempat embrio dapat tumbuh berkembang hingga dapat terlahir.
Telur banyak ragamnya, dengan berbagai bentuk, bahan, dan ukuran. Telur pertama kali muncul dalam proses evolusi amniota (membran yang melindungi janin) ratusan juta tahun lalu. Sebelum adanya telur dengan cangkang keras, hewan mengandalkan air untuk proses reproduksi. Meletakkan telur di kolam, atau lingkungan lembab lainnya, untuk melindungi agar telur tidak mengering.
Pada satu era, telur hewan tertentu mulai berevolusi, membuat tiga membran tambahan: korion, amnion, dan alantois. Setiap membran memiliki fungsi yang agak berbeda. Pembuatan lapisan tambahan ini untuk melindungi proses perkembangan janin kehidupan, yang lebih aman, praktis, dan tertutup.
Embrio janin dapat mengambil nutrisi yang disimpan dan bisa bernafas dalam telur, tidak lagi memerlukan lingkungan akuatik eksternal. Cairan tambahan yang terbungkus dalam amnion, ditambah dengan lapisan luar yang keras, memberikan perlindungan tambahan.
Evolusi telur amniotik adalah proses evolusi yang penting. Membuka cara dan peluang baru bagi beragam jenis hewan darat untuk menaruh janin-nya di daratan, tidak perlu bersama-lama mengandung bayinya dalam perut.
Memang belum diketahui secara persis, kapan munculnya telur bercangkang keras, karena membran telur tidak meninggalkan fosil untuk bisa diteliti penanggalan karbon-nya (carbon dating). Perkiraan terbaik adalah saat “nenek moyang” terakhir tetrapoda (hewan ampibi berkaki empat, bertulang belakang), hewan amniota pertama, yang hidup sekitar 370-340 juta tahun lalu. Semua hewan mamalia, reptil, burung, termasuk ayam saat ini adalah keturunan dari amniota pertama itu.
Ayam Pertama
Ayam “pertama” merupakan hasil mutasi genetik yang terjadi dalam zigot yang dihasilkan oleh dua proto-ayam (ayam purba). Dua proto-ayam kawin, menggabungkan DNA mereka, membentuk sel pertama dari ayam pertama. Dalam proses tersebut, terjadi mutasi genetik awal pada sel itu, dan berlanjut dengan mutasi-mutasi. Proses DNA menyalin diri ke setiap sel organ tubuh lainnya saat embrio ayam tumbuh. Sampai muncul ayam “pertama” seperti wujud ayam yang kita kenal saat ini.
Perkiraan nenek moyang ayam pertama (“Adam dan Hawa”-nya ayam), yang mewariskan genetik keturunan ayam modern, adalah ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam yang muncul di kawasan Asia, sekitar satu juta tahun lalu. Ayam hutan merah dijinakkan, sebagai piaraan, oleh manusia di Asia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia sebagai ayam jinak yang produktif menghasilkan telur (Gallus gallus domesticus).
Bukti arkeologis menunjukkan, ayam hutan merah mulai diternakkan dan dipelihara sekitar 10.000 tahun yang lalu, bersamaan dengan majunya era pertanian. Namun, berdasarkan analisis DNA dan simulasi matematika, ayam domestik yang membedakan dengan ayam liar sudah ada sekitar 58.000 tahun lalu. Bukti DNA menunjukkan adanya hibridisasi antara spesies ayam dalam perjalanan evolusinya.
Menjawab pertanyaan awal: jika evolusi telur amniotik muncul sekitar 340 juta tahun lalu, dan ayam modern pertama berevolusi sekitar 58 ribu tahun lalu, maka bisa disimpulkan telur ada lebih dulu.
Telur Ayam Pertama
Tapi tunggu dulu, berdasarkan proses evolusi, bukankah telur amniotik, bercangkang keras, pertama muncul dari hewan yang lebih dulu ada?
Penelitian tentang bagaimana cangkang telur (ayam) terbentuk menunjukkan, cangkang telur terbuat dari kalsium karbonat (CaCO₃). Ayam betina mendapatkan pasokan kalsium, untuk produksi cangkang telur, dari asupan makanan yang kaya kalsium. Ayam diketahui menyukai makanan yang mengandung kalsium.
Untuk membentuk cangkang, kalsium perlu diendapkan dalam bentuk kristal CaCO₃, dan ayam betina mengandalkan protein tertentu yang memungkinkan proses ini terjadi. Salah satu protein tersebut, ovocleidin-17 (atau OC-17), hanya ditemukan di ovarium ayam. Temuan ini mengindikasikan ayam duluan ada sebelum bertelur. Karena tanpa OC-17, tidak akan ada pembentukan telur ayam.
Ayam peliharaan, atau yang diternakkan, sangat efisien dalam bertelur, mampu menghasilkan telur baru dalam waktu 24 jam setelah inseminasi. Jadi, pertanyaan pelik tentang teka-teki kuno, duluan mana ayam ata telur, telah terjawab secara saintifik. Tentu, secara agamis atau filosofis tetap bisa diperdebatkan.
Kesimpulannya, “duluan mana, ayam atau telur”, adalah pertanyaan yang tidak valid. Secara definitif dan kategoris ayam duluan ada, telur ayam datang kemudian. Namun logika itu hanya berlaku spesifik untuk telur ayam; tapi tidak berlaku untuk telur pada umumnya. Jadi, jika harus memilih jawaban, berdasarkan bukti evolusi, jelas telur duluan ada.
Sumber: https://www.science.org.au/curious/earth-environment/which-came-first-chicken-or-egg
Add comment