Pada 7 Oktober lalu, panitia Nobel di Swedia menganugerahkan Emmanuelle Charpentier (Max Planck Institute, Jerman) dan Jennifer A. Doudna (University of California, Berkeley, USA) hadiah Nobel dalam bidang Kimia, atas sumbangan mereka dalam “mengembangkan metode pengeditan gen.” Metode yang disebut “CRISPR” ini menjadi teknologi pendobrak dalam rekayasa genetika dalam 10 tahun terakhir. Konsekwensi teknologi CRISPR sangat besar. Ia tak hanya digunakan untuk keperluan pengeditan gen-gen yang dianggap berpotensi mengandung penyakit, tapi lebih jauh lagi, ia bisa digunakan untuk mengedit gen yang membuat manusia lebih kuat, lebih cantik atau tampan, dan lebih superior. Dengan kata lain, CRISPR bisa menciptakan manusia super seperti mutan dalam film X-Men. Dalam #BincangSains kali ini, Luthfi Assyaukanie dari ForSains mewawancarai Dr. Riza Arief Putranto, seorang ahli Bioteknologi yang menggeluti CRISPR untuk diterapkan dalam tanaman di Indonesia. Lulusan Universitas Montpellier, Prancis, ini bercerita tentang sejarah CRISPR, perkembangannya serta konsekwensi-konsekwensinya ke depan. #CRISPR #GuntingGenetik #Bioteknologi #RekayasaGenetika #PlayingGod
Add comment