ForSains

Koneksi antara Otak Manusia dan Alam Semesta di Level Kuantum.

Otak manusia, dengan jaringan saraf yang rumit, telah lama menjadi subjek kekaguman dan misteri. Secara bersamaan, kosmos (alam semesta), dengan kebesaran dan kompleksitasnya, selalu menarik perhatian ilmuwan dan filsuf selama berabad-abad.

Penelitian terbaru mengeksplorasi kemungkinan koneksi antara otak dan kosmos pada level kuantum, diuraikan dalam makalah riset  berjudul “Quantum transport in fractal networks”. Hasil riset ini dipublikan oleh jurnal Nature (Nature Photonics) menguraikan implikasinya bagi pemahaman kita tentang hubungan antara otak dan kosmos.

Riset itu mengeksplorasi kemungkinan bahwa otak dan kosmos terhubung melalui jaringan fraktal. Fraktal adalah pola yang mereplikasi diri sendiri yang dapat ditemukan dalam berbagai skala, baik di jagad kecil maupun besar. Studi ini meneliti sifat transportasi kuantum fraktal, khususnya pada bagaimana elektron dan energi bergerak melalui jaringan ini.

Para peneliti menunjukkan bahwa transportasi kuantum di jaringan fraktal menunjukkan perilaku unik, yang dapat menjelaskan beberapa fungsi kompleks otak dan hubungannya dengan alam semesta. Misalnya, sifat fraktal dari jaringan saraf otak dan struktur kosmik menunjukkan diatur oleh prinsip-prinsip yang sama. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dasar yang mendasari kesadaran, kognisi, dan persepsi.

Penelitian tentang transportasi kuantum di jaringan fraktal memiliki beberapa aplikasi potensial, membuka peluang untuk studi di masa depan. Misalnya, untuk mengembangkan teknologi baru yang memanfaatkan kekuatan mekanika kuantum, seperti komputasi kuantum atau komunikasi kuantum.

Selain itu, studi tentang jaringan fraktal dapat mengarah pada studi sistem kompleks, seperti otak manusia atau kosmos, dan bagaimana mereka berfungsi pada tingkat paling mendasar. Dengan lebih mendalami menyelidiki hubungan ini, kita dapat memperluas pemahaman tentang alam semesta dan sifat realitas. Berpotensi membuka jalan bagi teknologi dan wawasan baru yang revolusioner.

Otak dan kosmos adalah dua hal yang paling menarik dan menantang bagi manusia untuk dipelajari dan dimengerti. Otak adalah organ yang mengendalikan semua fungsi tubuh kita, memproses informasi dari indra, dan menghasilkan pikiran, emosi, ingatan, dan kreativitas kita. Kosmos adalah istilah yang digunakan untuk menyebut keseluruhan alam semesta, termasuk bintang, planet, galaksi, lubang hitam, dan segala fenomena yang ada di luar angkasa. Kedua hal ini memiliki banyak misteri yang belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan.

Salah satu misteri otak adalah bagaimana ia dapat menyimpan dan mengambil informasi dengan cepat dan akurat. Otak memiliki sekitar 86 miliar sel saraf yang disebut neuron, yang saling berhubungan melalui sinapsis. Setiap neuron dapat membentuk ribuan sinapsis dengan neuron lain, menciptakan jaringan yang sangat kompleks. Para ilmuwan percaya bahwa sinapsis ini berperan dalam menyimpan informasi sebagai pola aktivitas listrik di otak. Namun, mekanisme tepat bagaimana otak mengkodekan, menyimpan, dan mengambil informasi masih belum diketahui.

Salah satu misteri kosmos adalah bagaimana ia bermula dan berkembang. Teori yang paling diterima saat ini adalah teori ledakan besar (big bang), yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari titik yang sangat padat dan panas sekitar 13,8 miliar tahun lalu. Dari titik itu, alam semesta mengembang dan mendingin secara eksponensial, membentuk materi, energi, ruang, dan waktu. Namun, teori ini tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan ledakan besar itu sendiri, atau apa yang ada sebelumnya.

Otak dan kosmos memiliki hubungan yang erat, karena otak kita adalah alat yang kita gunakan untuk menjelajahi dan memahami kosmos. Dengan menggunakan teknologi seperti teleskop, satelit, roket, dan pesawat ruang angkasa, kita dapat mengamati dan mengukur berbagai objek dan fenomena di luar angkasa. Dengan menggunakan matematika, fisika, kimia, biologi, dan ilmu lainnya, kita dapat membuat teori dan model untuk menjelaskan bagaimana kosmos bekerja. Dengan menggunakan imajinasi, kreativitas, dan intuisi kita, kita dapat membuat hipotesis dan pertanyaan baru tentang kosmos.

Otak dan kosmos adalah dua bidang pengetahuan yang sangat luas dan mendalam. Kita masih memiliki banyak hal yang belum kita ketahui tentang keduanya. Namun, dengan terus belajar dan meneliti, kita dapat memperoleh wawasan baru tentang misteri otak dan kosmos.

Apakah ada koneksi antara pikiran kita dan alam semesta yang lebih besar? Ini adalah pertanyaan yang telah memikat banyak filsuf dan ilmuwan selama berabad-abad. Sekarang, penelitian baru dari Universitas California, Berkeley, menunjukkan bahwa mungkin ada bukti bahwa otak manusia dapat berinteraksi dengan alam semesta pada skala kuantum.

Penelitian ini, yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports, menggunakan teknik yang disebut magnetoencephalography (MEG) untuk mengukur aktivitas listrik di otak manusia saat mereka melakukan tugas kognitif. Para peneliti menemukan bahwa gelombang otak manusia memiliki pola yang mirip dengan gelombang gravitasi yang diprediksi oleh teori relativitas umum Einstein.

Gelombang gravitasi adalah gelombang ruang-waktu yang tercipta oleh peristiwa-peristiwa kosmik, seperti tabrakan lubang hitam atau ledakan bintang. Gelombang ini sangat lemah dan sulit dideteksi, tetapi beberapa eksperimen  berhasil mengukurnya dalam beberapa tahun terakhir.

Para peneliti mengusulkan bahwa gelombang otak manusia mungkin merupakan manifestasi dari gelombang gravitasi kuantum, yaitu gelombang ruang-waktu yang terjadi pada skala mikroskopis. Otak manusia mungkin memiliki kemampuan untuk merasakan dan mempengaruhi alam semesta pada tingkat kuantum melalui proses yang disebut koherensi kuantum.

Koherensi kuantum adalah fenomena di mana partikel-partikel kuantum, seperti elektron atau foton, dapat berada dalam keadaan superposisi, yaitu kombinasi dari dua atau lebih kemungkinan. Partikel-partikel ini dapat saling berhubungan bahkan ketika dipisahkan oleh jarak besar, sebuah fenomena yang disebut keterkaitan kuantum. Koherensi kuantum kemungkinan juga terjadi di dalam sel-sel hidup, termasuk neuron di otak.

Jika hipotesis itu benar, berarti otak manusia memiliki akses ke informasi dan pengaruh yang melampaui batas-batas ruang dan waktu biasa. Temuan ini dapat membuka kemungkinan untuk menjelaskan beberapa fenomena psikis atau paranormal, seperti telepati, prekognisi, atau intuisi.

Namun, penelitian ini masih bersifat eksploratif dan spekulatif, membutuhkan lebih banyak bukti dan verifikasi sebelum dapat diterima. Para peneliti mengakui bahwa ada banyak tantangan dan kesulitan dalam menguji hipotesis mereka secara eksperimental. Mereka juga mengatakan bahwa ada kemungkinan lain yang lebih konvensional untuk menjelaskan kesamaan antara gelombang otak dan gelombang gravitasi.

Meskipun demikian, penelitian ini menawarkan pandangan baru dan menarik tentang hubungan antara otak manusia dan alam semesta. Ini juga menunjukkan bahwa masih ada banyak misteri dan “keajaiban” yang menunggu untuk diungkap dalam dunia kuantum.

Sumber: Quantum transport in fractal networks | Nature Photonics

Lukas Luwarso

Add comment

Ukuran Huruf