ForSains

Big Bang Bukanlah Awal Terciptanya Alam Semesta

Roger Penrose, fisikawan dan matematikawan Inggris penerima Nobel Fisika 2020, menolak Teori Big Bang sebagai awal mula terciptanya alam semesta. Alih-alih, ia menawarkan teori “siklus konformal” atau “model kosmologi siklik” (conformal cyclic cosmology). Teori ini menyatakan bahwa Big Bang bukan proses awal terciptanya alam semesta, melainkan hanya  salah satu rangkaian momentum peristiwa yang berulang dalam siklus alam semesta yang abadi.

Dalam buku “Cycles of Time: An Extraordinary New View of the Universe” (2012) Penrose mengajukan teori, alam semesta menjalani serangkaian “siklus waktu” yang terus berulang. Ada fase-fase yang berbeda, yang ia sebut “aeon,” diawali oleh “Big Bang” dan berakhir dengan “Big Freeze” ketika alam semesta kembali ke keadaan kosong dan dingin.

Menurut Penrose, konsep ini dapat menjelaskan fenomena kosmik seperti latar belakang gelombang mikro dan anisotropi kosmik,. Juga sebagai jawaban atas beberapa masalah dalam kosmologi seperti “masalah rancangan” (fine-tuning problem) dan “masalah nilai awal” (initial value problem).

Artinya, alam semesta tidak memiliki awal atau akhir yang pasti, alih-alih memulai dari suatu titik, alam semesta telah ada selamanya dan akan terus ada selamanya. Alam semesta mengalami siklus berulang, periode antara setiap siklus sangat panjang, sehingga tidak dapat diukur dalam waktu manusia.

Teori Penrose didasarkan pada konsep gravitasi kuantum dan tidak memakai konsep “singularitas” dalam kelaziman teori fisika, untuk menghindari Big Bang sebagai awal terciptanya alam semesta. Singularitas dalam fisika adalah titik ketika hukum fisika tidak berlaku. Bagi Penrose, singularitas bukanlah fenomena yang bisa terjadi, atau ada, di alam semesta.

Dalam teori siklus konformal, alam semesta mengalami dua fase: fase ekspansi dan fase kontraksi. Fase ekspansi mirip dengan konsep Big Bang, momentum ketika  alam semesta mengalami perluasan yang sangat cepat dalam waktu yang sangat singkat. Namun, fase ekspansi ini diikuti oleh fase kontraksi, alam semesta secara perlahan-lahan berkontraksi hingga mencapai titik “singularitas.”

Titik “singularitas” ini berbeda dengan singularitas dalam konsep Big Bang. Penrose menganggap bahwa singularitas Big Bang tidak terjadi dalam kenyataan, tetapi hanya kesalahan pemahaman kita tentang hukum fisika. Dalam teori siklus konformal, singularitas diabaikan dengan mempertimbangkan faktor konformal dalam hukum fisika.

Konsep konformal adalah konsep matematika yang menyatakan bahwa bentuk geometris dapat diubah tanpa mengubah sifat atau hukum fisika. Dalam teori siklus konformal, faktor konformal ini dianggap dapat mengubah bentuk ruang-waktu, sehingga menghindarkan kemunculan singularitas. Sebagai contoh, dalam teori ini, waktu dapat berubah bentuk dari waktu ruang ke waktu tempat, dan hal ini menghindarkan kemunculan singularitas.

Setelah mencapai titik “singularitas”, alam semesta memasuki fase ekspansi kembali, dan siklus terus berulang lagi, dalam keabadian. Alam semesta tidak memiliki awal atau akhir.

Meskipun teori siklus konformal Penrose menarik minat banyak ilmuwan, teori ini masih kontroversial dan banyak dipertanyakan oleh komunitas ilmiah. Beberapa kritikus menunjukkan bahwa teori ini masih belum memiliki cukup bukti empiris untuk mendukungnya.

Mirip Kosmologi Hindu-Vedanta
Teori Penrose, memiliki kemiripan konsepsi dengan narasi kosmologi keyakinan Hindu-Vedanta. Ada sejumlah kesamaan dan perbedaan dalam istilah dan penjelasannya. Dalam Vedanta, eksistensi alam semesta juga dianggap sebagai siklus berulang yang tak terbatas, dikenal sebagai siklus samsara.

Setiap siklus Samsara terdiri dari tiga tahap: fase penciptaan, fase pemeliharaan, dan fase penghancuran. Setelah fase penghancuran, siklus dimulai lagi dari fase penciptaan, dan siklus berulang terus-menerus.

Dalam teori siklus konformal Penrose, alam semesta juga mengalami siklus berulang tanpa akhir, fase ekspansi dan kontraksi yang bergantian. Namun, dalam Vedanta, fase pemeliharaan juga disebut sebagai fase keberlangsungan, di mana alam semesta dipertahankan agar dapat berlangsung selama satu siklus.

Selain itu, dalam Vedanta, konsep Brahman dianggap sebagai kesadaran yang tak terbatas yang mendasari seluruh alam semesta, sedangkan dalam teori siklus konformal, alam semesta dijelaskan oleh hukum-hukum fisika dan konsep-konsep matematika.

Kesamaan lain, antara konsep kosmologi Vedanta dan teori siklus konformal Penrose adalah penekanan pada ide bahwa alam semesta tidak memiliki awal atau akhir, siklus abadi. Meskipun terdapat perbedaan dalam penjelasan dan istilah, kedua konsep ini menunjukkan bahwa ide siklus alam semesta yang tak berakhir telah ada dalam pemikiran manusia selama ribuan tahun.

Konsep Vedanta tentang “penciptaan” antara lain diuraikan dalam kitab Rig Veda dalam uraian ‘Nasadiya Sukta’ yang secara populer dikenal sebagai “Himne Penciptaan”. Sukta ini bukan cuma syair yang puitis, namun juga uraian filosofis tentang “terciptanya alam semesta”. Cuplikan syair Nasadiya Sukta misalnya berbunyi:

Eksistensi tidak mengenal masa lalu, juga tidak mengenal ketiadaan.
Alam semesta bukan cuma ruang atau apa yang ada di baliknya.
Apa atau siapa yang menyelimuti kabut? Ada apa di kedalaman gelap Nan pekat?
Kematian tiada, demikian juga kelanggengan.
Malam tidak terpisahkan dari siang. 
Diam adalah awal-mula getaran.
Sendiri, dengan segala kemeriahannya.
Di luar itu semua, eksistensi tiada.

Sumber:
Roger Penrose, Cycles of Time: An Extraordinary New View of the Universe, 2012.
Cyclic Cosmology and Vedanta. https://www.esamskriti.com/essays/pdf/
https://www.esamskriti.com/e/Spirituality/Science-Ad-Indian-Wisdom/
https://bigthink.com/starts-with-a-bang/no-universe-before-big-bang/

 

Lukas Luwarso

2 comments

    • Sekedar memberikan perspektif, konsep alam semesta sislikal (abadi) sudah diuraikan oleh keyakinan Vedanta. Roger Penrose boleh jadi terinspirasi, dia tinggal membuktikan secara saintifik. Yang sejauh ini belum ada.

Ukuran Huruf