“God of the GAPS adalah sebuah sudut pandang yang memanfaatkan sesuatu yang belum dapat dijelaskan oleh Sains untuk membenarkan keberadaan Tuhan.”
Contoh :
• Petir
Ketika sains belum mampu menjelaskan bagaimana petir itu muncul maka para agamawan mengatakan itulah bukti kebesaran Tuhan. Ciptaannya saja tidak terjangkau oleh logika, apalagi Tuhan ?
Hingga beberapa abad yang lalu, orang orang berpikir bahwa Tuhan pasti menjadi pengontrol segala sesuatu.
• Kenapa Angin berhembus ?
• Kenapa ada Petir ?
• Kenapa Matahari tampak mengelilingi bumi ?
• Kenapa Bulan mengelilingi bumi ?
• Kenapa orang bisa Sakit dan Mati ?
• Kenapa semua itu bisa terjadi ?
Jawabannya mudah :
“Karena itu semua telah menjadi kehendak Tuhan.”
Ketika orang tidak bisa menjelaskan sesuatu, dengan mudah dia akan berkata, Tuhan lah penyebab semuanya.
Jawaban semacam ini disebut sebagai God of the gaps (ruang kosong yang ditempati Tuhan), atau “Jawaban termudah karena Ketidaktahuan“.
Disinilah letak perbedaan antara Sains dan Agama.
– Sains mencari sebab logis sedang
– Agama mencari sebab supranatural.
Secara konsisten, sains telah menyediakan jawaban atas banyak hal.
“Ruang yang dulunya ditempati Tuhan perlahan-lahan mulai semakin menyempit. Semakin kita memahami sesuatu, semakin sempit ruang bagi Tuhan untuk beroperasi.”
Ketika kita telah memahami matahari, maka dewa Yunani Helios, menjadi tak diperlukan lagi.
Ketika kita telah memahami terjadinya petir, maka dewa Zeus atau Jupiter menjadi tidak diperlukan lagi untuk menjelaskan fenomena ini.
Saat Benjamin Franklin menemukan Penangkal Petir, 250 tahun yang lalu, terjadilah kehebohan di kalangan gereja. Apakah gereja mesti dilengkapi juga dengan penangkal petir atau cukup mengandalkan perlindungan Tuhan saja ?
Akhirnya mereka memutuskan untuk memasang penangkal petir setelah melihat gereja lebih sering disambar petir dibanding bangunan lain yang diberi penangkal petir.
Apa yang terjadi ? Bukankah gereja merupakan rumah suci yang seharusnya dilindungi Tuhan ?
Cerita ini menjadi contoh bagus “bagaimana ruang yang dulu ditempati Tuhan telah digantikan oleh Penangkal Petir temuan Benjamin Franklin.”
• Saat aku kelas 3 SD guru agamaku selalu bilang, yang mewarnai cabe hingga berwarna
– hijau,
– kuning,
– jingga &
– merah
adalah Tuhan.
Tapi kini telah terjawab. Variasi genetika cabelah yang menentukan warna cabe. Bukan Tuhan.
“Maka berkuranglah God of the Gaps di benakku.”
• Dulu orang selalu bilang, anak laki laki atau anak perempuan yang akan lahir itu sudah sesuai kehendak Tuhan.
Kini sudah bisa dijelaskan. Kalau kita bisa memfasilitasi sperma yg membawa kromosom Y untuk memenangkan balapan membuahi sel telur, maka bayi yang akan lahir, pasti laki laki.
Jadi penentu jenis kelamin bayi bisa kita yang atur. Bukan Tuhan.
“Maka berkuranglah God of the Gaps di benakku.”
• Dahulu…, gempa bumi dianggap sebagai kutukan Tuhan.
Kini kita semua sudah paham, kalau lempeng benua selalu bergerak dengan kecepatan ±8 cm per tahun. Maka saat lempeng benua melepaskan energi komulatif tekanannya, timbullah gempa bumi.
Jadi penyebab gempa bumi sudah bisa dijelaskan. Bukan kutukan Tuhan.
“Maka berkuranglah God of the Gaps di benakku.”
• Saat tau bahwa angin adalah pergerakan udara dari tekanan tinggi menuju ke tekanan yang lebih rendah (pelajaran IPA di SD), maka hilanglah Sosok Batara Bayu (Dewa Angin yang digambarkan RA Kosasih).
“Maka berkuranglah God of the Gaps di benakku.”
• Saat Darwin & Wallacea merumuskan mekanisme Evolusi untuk terciptanya milyaran spesies, maka runtuhlah kisah penciptaan Manusia dari Tanah Liat.
“Maka berkuranglah God of the Gaps di benakku.”
• Saat Isac Newton merumuskan Hukum Gerak & Hukum Gravitasi, maka runtuhlah keyakinan bahwa “setiap lintasan obyek di angkasa selalu ajek & diatur oleh Tuhan“. Bahkan untuk mendaratkan wahana di Planet Mars pun, kita hanya pakai 2 rumus utama : Hukum Gerak Newton & Hukum Gravitasi Newton.
“Maka berkuranglah God of the Gaps di benakku.”
Dari hari ke hari ruang untuk Tuhan semakin tergusur, gaps itu pun kian mengecil.
Jakarta Senin Paging, 27.11.23
(Nurseto Ardiputranto)
꧋ꦤꦸꦂꦱꦺꦠꦲꦂꦥꦶꦥꦸꦠꦿꦤ꧀ꦠꦺꦴ꧉
—–
Ref no.1 :
encyclopedia-com/god-gaps?
Ref no.2 :
npr-org.translate.goog/god-of-the-gaps-teaches-us-about-science
Ref no.3 :
rationalwiki/wiki/God_of_the_gaps
Ref no.4 :
bigthink.com/benjamin-franklin-lightning-rod/
Ref no.5 :
the-demonic-paradise.fandom.com/wiki/Zeus
Komen tentang poin ini:
“Kini sudah bisa dijelaskan. Kalau kita bisa memfasilitasi sperma yg membawa kromosom Y untuk memenangkan balapan membuahi sel telur, maka bayi yang akan lahir, pasti laki laki.”
—
Saya pernah membaca entah itu berdasarkan penelitian atau tidak, ternyata sel telurlah yang memilih salah satu sel sperma untuk bisa masuk menembus dindingnya. Setelah itu no way untuk sel sperma lainnya yang katanya jumlahnya jutaan ekor menyerbu sel telur. Jadi disamping memenangkan balapan juga karena dipilih oleh sel telur.
Awal mula terbentuknya materi adalah god of the gaps saya, nunggu tulisan Pak De Nurseto mengulas hal tsb. Kalau baca dari sumber lain otak saya nge freeze. Sehat selalu Pak De.
Yesss sekali.
Manusia tidak tercipta dari darah, karena darah tidak mengandung materi genetis.
Intinya dgn adanya sains, terbukti bahwa manusia tercipta dari darah. Ibarat kata bertemunya sel telur dan sperma. Sehingga yg dulu diyakini manusia tercipta dari tanah liat sudah terbantahkan. Bahkan pernah saya menonton embrio manusia bisa disimpan dlm tabung² yg diciptakan sedemikian rupa supaya tetap bisa bertahan hingga saatnya keluar dr tabung tsb
Manusia tidak tercipta dari darah, karena darah tidak mengandung materi genetis.
God of the gaps semakin kecil bukan berarti Tuhan tidak ada ataupun ada. Entah sampai kapan pencarian manusia akan hal tersebut, tetapi semua keyakinan tentang Tuhan yang sekarang diciptakan manusia harus terus ber evolusi, atau mati. Saya berpegang teguh pada sains dalam hal ini, tetapi saya nikmati Tuhan seperti Spinoza menikmatinya.
Bila memang benar itu semua cara “tangan” Tuhan kerja, artinya teori evolusi mahkluk hidup sejak ditemukan hingga diiringi temuan² pendukungnya saat ini…sudah buktikan kita bukan dari tanah liat yang dibentuk manusia..,ditiup ruh..,dan jadi.
Begitulah menurut SAINS mas..🙏🙏👍
Sebelum manusia bisa menciptakan dirinya sendiri siapa yg menciptakan terlebih dshulu serta alam fikirannya
Apakah itu mungkin yang disebut sebagai sunatullah ya pak, bahwa dengan hukum hukum seperti itulah tangan ( dalam tanda kutip) tuhan bekerja
Yha enggak lah mas…
Coba ikuti diskusi serunya di sini :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0GVJC5Y2k3q6qdeVLotXeoWKnnu4Q8h3T1gcbj5E3ZC2TtKeSnKSs7URnxgdrVXTGl&id=1063478419&mibextid=Nif5oz